Tahukah kalian siapa Chairul Tanjung? Dia merupakan pemilik
Trans Corp, Bank Mega, dan Carefour di Indonesia. Perannya terhadap pembangunan
negara ini tidak bisa dianggap remeh, terlihat dari betapa banyaknya bantuan
sosial yang dia berikan mulai dari mendirikan sekolah gratis untuk anak-anak
korban tsunami yang bernama Rumah Anak Madani(RAM), acara besar seperti “We
Care Indonesia” dan “Indonesia Bisa”, menciptakan yayasan Thalasemia pada tahun
1987, program berbagi bersama sebanyak 100.000 sembako yang diselenggarakan
oleh Para Group(nama perusahaan yang sekarang bernama CT Corp), dan masih
banyak lagi yang mungkin tidak saya ketahui.
Pak CT memang terkenal dengan kegigihan dan keseriusannya
dalam mengerjakan sesuatu, bahkan di halaman 331 beliau mengatakan bahwa dia
tidak akan mau masuk ke sebuah bidang bisnis dimana dia tidak mungkin menjadi
juara atau sesial-sialnya menjadi nomor dua. Apabila menjadi juara dua saja
sudah tidak mungkin, lebih baik kita tidak usah masuk sama sekali.
Chairul Tanjung sendiri merupakan seseorang yang memang
sudah aktif dari masa kuliahnya, terlihat dari beberapa kali dia mengadakan
acara-acara besar yang tidak jarang melibatkan orang-orang penting di negara
ini. Kedekatan dia terhadap SBY, Taufik Kiemas, Jusuf Kalla, dan orang penting
lainnya sudah tidak diragukan lagi. Bisa dibilang dia sudah sejajar dengan
presiden di negeri ini(menurut saya).
Dia juga begitu cinta kepada sekolahnya, terlihat dari
cerita dia mendapatkan MURI untuk acara reuni SMAN 1 Boedi Oetomo yang dihadiri
peserta terbanyak di Indoensia, yakni 10.000 orang. Dia selaku ketua ikatan
alumni sekolah tersebut berjuang sebisa mungkin agar sekolah yang dulu menjadi
tempatnya belajar kembali menjadi sekolah yang memiliki prestasi yang bagus,
yang kebetulan beberapa tahun sebelumnya SMAN 1 Boedi Oetomo ini sempat
mengalami kemunduran yang signifikan.
Membaca buku biografi Chairul Tanjung ini, membuat saya
teringat betapa kecilnya saya, terutama ketika melihat dia memberikan bantuan
100 Miliar ke rakyat Indonesia, sedangkan saya untuk memberi 1 Miliar saja
masih jauh sekali rasanya. Terkadang terusik juga ingatan ini dengan kata-kata hidup ini tidak adil, apa memang sudah takdirnya dia seperti itu dan saya tidak
bisa seperti dia? Apa karena lahir di keluarga yang miskin lantas membuat dia
lebih kuat dan gigih dibanding saya yang lahir di keluarga yang mapan dan sudah
serba berkecukupan ini?
Namun kegalauan itu ternyata tidak berlangsung lama, tepat
saja ketika saya membuka facebook saya melihat ada suatu cerita mengenai semut
dan nabi Ibrahim yang isinya begini
“Suatu hari, ketika nabi Ibrahim dibakar oleh raja Namrod,
terlihat dari kejauhan ada seorang semut yang sedang membawa setetes air,
melihat semut tersebut sang gagak menertawakannya dan bertanya, “Apa yang sedang
kau lakukan semut? Kau tahu bahwa mustahil memadamkan kobaran api itu dengan
setetes air bukan?” Semut menjawab dengan tenang,”Setidaknya dengan ini
jelaslah di pihak mana aku berada”.
Cerita yang singkat namun maknanya sangat menyentuh dan
tepat sekali untuk menjawab kegalauan yang saya alami. Di cerita ini jika kita
telusuri lebih lanjut bahwa jelaslah jika dipikir dengan logika yang dikatakan
si gagak itu benar, bahwa setetes air tidak akan bisa mematikan kobaran api
yang begitu besarnya. Sama seperti kita seorang tidak akan bisa melenyapkan masalah kemiskinan dan
pengangguran yang terjadi di dunia ini.
NAMUN, jauh lebih baik mencoba membawa setetes air daripada
hanya diam dan melihat orang yang kita sayangi dibakar bukan? Jauh lebih baik
kita mencoba untuk menghilangkan kemiskinan di sekeliling kita daripada hanya
malas-malasan dan mengutuk pemerintah serta orang lain atas kemiskinan yang
terjadi bukan? Dan maksud saya dengan kata di sekeliling kita itu tidak lain
dan tidak bukan adalah dimulai dari diri kita sendiri! Ya, langkah paling
pertama untuk menghilangkan kemiskinan di dunia ini adalah dengan memastikan
bahwa kita sendiri tidak miskin!
Kita semua diciptakan ada tujuannya masing-masing, contohnya saja bayangkan kalau penulis buku Chairul Tanjung(Tjahja Gunawan) tidak menjadi penulis buku, melainkan menjadi pebisnis, mungkin saya dan kita semua disini tidak pernah tahu bahwa ada sosok yang begitu hebatnya di dalam negeri kita tercinta ini. Atau bayangkan jika semua orang adalah pemain saham dan tidak ada yang menjadi petani, bisa dibayangkan tidak ada yang bisa kita makan bukan?
Dan untuk penutup, saya akan menyampaikan cerita teman saya
mengenai apa yang disampaikan oleh kakeknya tepat seminggu sebelum beliau
meninggal, yang sampai sekarang kata-kata itulah yang membuat dia selalu cinta
kepada negerinya, yaitu Indonesia tercinta ini. Adapun kata-kata tersebut
adalah:
“Nak, kamu tahu kenapa tuhan membuat kamu lahir di
Indonesia? Bukan di negara Jepang yang pertaniannya sudah bagus, atau di Arab
dimana negara yang menjadi asal usul agama Islam, ataupun di Amerika yang mana
merupakan negara yang maju dan sejahtera? Ya, kamu terlahir disini tidak lain
dan tidak bukan untuk menjadikan negara ini menjadi lebih baik lagi! Baik dari
sisi pertaniannya, agamanya, maupun sisi-sisi yang lain yang bisa kamu ubah
dengan ilmu yang kamu miliki.”
Ya, kita harus sadar bahwa mengapa nafas masih berhembus dan
mata masih bisa melihat ini ada dengan suatu tujuan, sama seperti sebuah game
yang mana hanya akan berakhir ketika kita sudah menyelesaikan main quest dari game tersebut.
Dan selagi kita masih hidup, maka jelaslah sampai saat itu
tujuan utama kita terlahir di dunia ini belum kita selesaikan ;)
No comments:
Post a Comment