Wednesday, August 31, 2016

Selamat tinggal kenangan KKN

(Kingdom Hearts Sora and Kairi)

Rasanya baru kemarin saya datang ke desa ini bersama teman-teman sekelompok untuk menjalani KKN di Desa Mandirancan Kuningan, dan ternyata dalam beberapa hari lagi sudah harus kembali lagi ke Bogor untuk menjalani kuliah seperti sedia kala.
Sedih? Lumayan, walaupun sebenarnya agak malu untuk mengakuinya. Jujur saja walau bagaimanapun kenangan ketika tinggal bersama 5 orang teman seperjuangan KKN itu membekas di hati. Tidak bermaksud lebay, namun aku yakin kenangan indah ini tidak akan terlupakan sampai akhir hayatku kelak.
Oke, cukup bagian sedih-sedihnya.
Adapun kali ini aku ingin menekankan mengenai kehidupan orang-orang di desa ini yang ternyata sudah sama seperti orang yang sudah mengalami masa-masa pensiun! Atau lebih spesifiknya gaya hidup mereka mirip sekali dengan Mr.Moneymustache yang menjadi panutanku selama ini. Terutama jika dilihat dari gaya hidup hemat mereka, yaitu memasak dirumah sendiri(makan dirumah), tidak memakai mobil untuk jalan-jalan(pakai motor aja cukup), tinggal di tempat yang dekat dengan kantor(memotong biaya transport secara drastis), memilih tempat wisata yang bernuansa alam dibandingkan ke mall(yang pastinya sangat bersahabat buat kantong), d.l.l.
Dan dengan hidup seperti itu mereka bahkan terlihat lebih santai dan bahagia daripada orang-orang di kota(terlihat dari mereka sangat sering tersenyum dan tertawa). Sungguh keren bukan? Jadi apakah ini berarti kehidupan seperti ini yang saya inginkan selama ini? Mungkin saja. Dan jika memang benar ini yang saya inginkan berarti tuhan sudah memberikan saya trial dari kehidupan yang seharusnya saya dapatkan 10 tahun lagi.
Memang orang-orang di desa ini memang hidup seperti orang yang sudah pensiun, HANYA SAJA apakah mungkin orang kota seperti kita hidup seperti mereka? Oleh karena itu mari kita bahas satu persatu tindakan mereka.
Pertama, mereka memasak sendiri karena belum banyak restoran/kafe yang bagus di dekat rumah mereka, sehingga pilihan untuk hang out ataupun nongkrong-nongkrong masih sangat terbatas. Sehingga mau tidak mau ya memasak sendiri.  Lain dengan kita yang tinggal di kota yang mungkin ada McD dan juga KFC atau bahkan Pizza Hut di dekat rumah kita, yang pastinya terkadang menggugah hati untuk makan disitu. Belum lagi kehidupan orang kota yang begitu sibuk sehingga terkadang kita tidak memiliki waktu untuk memasak.
Kedua, mereka tidak memakai mobil untuk jalan-jalan. Mengapa? Antara karena mereka tidak mampu(secara finansial) membeli mobil tersebut ataupun karena memang tidak ada garasi di rumah mereka untuk menaruh mobil tersebut. Sehingga mau tidak mau mereka harus naik motor jika harus kemana-mana. Bisa saja kita naik motor, karena lalu lintas di desa masih sangat aman(tidak seramai di kota) dan juga memang masih banyak jalur yang belum bisa dilewati mobil. Namun jika kita di kota, khususnya Medan, naik motor bisa menjadi sangat berbahaya karena semerawutnya orang-orang di jalanan, yang berarti kemungkinan kita untuk mengalami kecelakaan jauh lebih tinggi di kota daripada di desa. Sehingga bagi orang tua lebih memilih untuk tidak memberi izin kepada anaknya untuk membawa motor.
Ketiga, tinggal di tempat yang dekat dengan kantor/tempat bekerja. Ya hal ini wajar saja karena memang desa tersebut kecil. Sehingga jarak antara balai desa, polres, puskesmas, dan sejenisnya bisa dicapai dengan jalan kaki saja. Berbeda dengan orang-orang di kota yang terkadang jarak kantor dari rumah begitu jauhnya bisa saja karena lingkungan di kantor tersebut tidak semaju di daerah tempat kita tinggal, atau bisa juga karena tempat tinggal di dekat kantor kita sangat mahal karena kebetulan kantor kita terletak di pusat kota.
Keempat, memilih berwisata ke tempat yang bernunsa alam dibandingkan mall. Saya rasa alasan untuk yang keempat ini mirip dengan yang pertama, yaitu karena masih jarangnya mall di daerah mereka. Sehingga yang ada ya wisata alam yang sebagian jauh lebih murah dan tidak banyak menghabiskan uang dibandingkan pergi ke mall.
Saya yakin tidak semua beralasan seperti itu. Hanya saja saya pikir opini saya masuk di akal bukan? Dan karena itulah orang kota menghabiskan lebih banyak waktunya untuk bekerja dan mencari uang karena bantahan-bantahan yang ada dari nomor satu sampai empat tersebut.
Dan sejujurnya keempat tetek bengek itu adalah kumpulan dari bantahan orang-orang ketika ku ajak untuk pensiun muda selama ini. Yang mana pemikiran dan bantahan itulah yang menjadi dinding pembatas antara kehidupan mereka dengan bebas secara finansial di usia muda. Aku hanya ingin menyampaikan sekali lagi bahwa jangan anggap biaya hidupmu terlalu mahal untuk dicapai, kita sendirilah yang menentukan akankah biaya hidup kita mahal atau tidak dari keputusan-keputusan yang kita buat dalam membelanjakan uang kita. Dan kedepannya jika orang-orang meminta saran lagi mengenai bagaimana cara mendapatkan kebebasan finansial di usia muda? Maka aku akan menjawab tirulah gaya hidup orang di desa!

Sekian dan sampai jumpa di artikel berikutnyaaa

Thursday, August 11, 2016

4 tahap menuju Kebebasan Finansial

(Gambar: Munchlax Evolution)

Halo semuanya, bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya.
Kali ini bahan cerita terbaru adalah mengenai tahap-tahap menuju kebebasan finansial yang saya temukan setelah beberapa kali menyampaikan materi ini kepada orang-orang disekitar saya.  Jika kalian pernah membaca artikel saya yang berjudul Waktu dan Uang, maka kalian pasti sadar bahwa orang seumuran kita ini (21 tahun) “kebanyakan” belum mempunyai pendapatan, sehingga belum banyak memiliki tabungan yang bisa diinvestasikan. Ya, secara garis besar inti topik kali ini adalah 3 hal tersebut.
Tidak salah jika orang seumuran kita belum mulai berinvestasi, karena memang belum ada “bahan” untuk diinvestasikan tersebut! Ya, rasanya sia-sia memang belajar mengendarai mobil jika kita tahu bahwa kita baru akan mempunyai mobil beberapa tahun kedepan. Namun seperti yang saya katakan di Berinvestasi dan membawa mobil, alangkah baiknya jika kita mulai belajar mempersiapkan diri terlebih dahulu sehingga ketika mobilnya datang, kita tidak perlu waktu lama untuk bisa mengendarai mobil tersebut.
Oleh karena itu mari kita mulai dari yang pertama, yaitu pendapatan. Ya, sebelum kita mendapatkan pekerjaan sangat wajar jika pendapatan kita masih dibawah UMR(Indonesia kita asumsikan berada di angka 3jt/bulan). Yang mana mayoritas kalau di Indonesia kalau bukan dari kiriman orang tua ya dari beasiswa. Yang berarti jika pendapatan kita masih di bawah 3jt/bulan bukan hal yang aneh jika uang yang kita dapatkan hanya habis-habis untuk kebutuhan sehari-hari sehingga tidak ada yang tersisa buat ditabung maupun diinvestasikan. Jadi sudah tahu apa tahap pertamanya? Ya, Tingkatkan Pendapatan!!! Tidak sesusah yang dibayangkan, jika kalian memang termasuk orang yang pekerja keras dan pekerja cerdas bukan tidak mungkin kalian mendapatkan gaji diatas 10jt ketika kalian masih berusia 26-30 tahun. Untuk detail mengenai bagaimana cara meningkatkan pendapatan mungkin akan saya bahas dilain waktu, karena ada begiiiitu banyak cara agar pendapatan kalian meningkat. Mulai dari lembur, usaha sambilan, bermain saham, d.l.l
Adapun yang kedua adalah tabungan, jika kalian mau contoh ekstrimnya bisa melihat kepada artis-artis diluar sana yang pendapatannya puluhan bahkan ratusan juta tapi tidak jarang ketika mati malah meninggalkan hutang. Kenapa sampai begitu? Saya rasa kalian sudah tahu jawabannya kan, karena tidak ada sepeserpun dari pendapatan mereka yang mereka tabung! Setiap pendapatan yang ada sama dengan pengeluaran dan beberapa bahkan pendapatan banding pengeluaran adalah 1:2, yang berarti mereka berhutang untuk memenuhi “kebutuhan” hidup mereka! Dan memang inilah yang membuat perusahaan kartu kredit semakin besar setiap harinya. Kembali lagi ke pembicaraan awal kita, oleh karena itu saya menekankan sekali lagi bahwa “bukan seberapa besar yang bisa kau dapatkan, melainkan berapa banyak yang dapat kau simpan.” Seperti yang dikatakan oleh Robert T. Kiyosaki.
Mungkin pada bertanya-tanya berapa persen tabungan yang disarankan, jika kalian ingin menjadi orang yang hidupnya damai-damai saja dan bekerja terus sampai masa pensiun tiba, maka 10-20% saja cukup. Namun jika kalian ingin mendapatkan kebebasan finansial di masa yang lebih muda seperti saya, maka kalian perlu meningkatkan persen tersebut. Dalam artikel MMM yang satu ini, sudah dibahas dengan detail bagaimana perubahan persentase dalam tabungan kalian dapat memotong masa bekerja kalian. Gampangnya gini, jika kalian bekerja dan menabung 0%, maka kalian harus bekerja selamanya untuk bisa hidup. Namun jika kalian bekerja dan bisa menabung 100%, maka kalian bisa berhenti bekerja kapanpun yang kalian mau!!! Sehingga untuk pembaca blog ini saran dari saya cobalah untuk meningkatkan tabungan kalian minimal sebesar 50% dari pendapatan kalian setiap bulannya. Agar kalian bisa mencapai kebebasan finansial dalam waktu kurang dari 20 tahun sejak kalian mulai menabung. Terdengar mustahil? Benar, jika kalian mengabaikan tahap pertama yang saya sampaikan barusan. Jika kalian sudah melaksanakan tahap pertama dengan baik, maka seperti artikel saya terdahulu, sekarang saatnya kalian untuk meningkatkan saving dengan cara melatih Pertahanan kalian.
Oke, kita sudah menabung 50% dari pendapatan kita setiap bulannya, lalu apa? Disini perbedaan antara orang “kaya” dan “miskin” yang sering tidak disadari oleh orang-orang. Kalian mungkin pernah melihat teman-teman kalian yang pelit dalam hidupnya, seakan-akan uangnya akan dibawa mati saja. Mungkin saja dia merasa hemat, walaupun sebenarnya pelit dan hemat itu hal yang sangat berbeda. Ya, orang pelit/miskin mungkin memiliki saving yang lebih tinggi dari orang rata-rata, namun mereka tidak akan pernah bisa kaya jika mereka tidak memasuki tahap ketiga, yaitu investasi. Jika kalian bingung dengan apa yang harus dilakukan di tahap ini, maka ingat teori ini “buatlah uang bekerja keras untuk menghasilkan uang lagi untukmu”. Melalui apa? Ya, saya juga sudah membahas topik ini dengan tuntas disini. Sehingga saya tidak membahas itu lagi di postingan kali ini ya.
Untuk persentase, semakin besar yang kalian investasikan pastinya semakin besar return yang akan kalian dapatkan, sehingga bisa saya ambil angka optimalnya adalah 90-95% dana diinvestasikan dan 5-10% dalam bentuk kas(termasuk tabungan). Mengapa begitu? Padahal jika financial advisor selalu menyarankan memiliki dana cadangan, dana sekolah anak, dana ini itu wa wa waa. Tenang saja, kita bahas pelan-pelan disini mengapa persentase itu bisa terjadi. Yang pertama saya asumsikan karena pembaca blog ini bukan orang yang memang bekerja di bidang finansial berarti investasi yang paling sering dilakukan adalah reksa dana. Untuk dana cadangan sendiri sebenarnya bisa saja dalam bentuk reksadana uang, karena likuiditasnya yang tinggi(gampang dicairkan) dan juga tidak berisiko mengalami pengurangan nilai dalam waktu dekat. Untuk dana sekolah dan sesuatu yang bersifat jangka panjang maka ada reksa dana saham yang memang ditujukan untuk jangka panjang(>5 tahun). Sehingga tidak ada dana yang “menganggur” dalam kantong kita, yang pastinya akan mempersingkat waktu kita untuk menuju kebebasan finansial kita.
Pendapatan kita sudah mapan, tabungan per bulan sudah 50% dari pendapatan kita tadi, dan dana sudah diinvestasikan dari 90% total aset kita, apalagi tahap selanjutnya? Ya, mungkin tahap ini agak sedikit susah pada awalnya dan mungkin saja belum begitu banyak yang peduli dengan tahap terakhir ini, namun jika aset kalian sudah mencapai 3 Miliar keatas, tahap ini menjadi sangat krusial dalam menentukan kebebasan finansial kalian. Cukup basa-basinya, tahap keempat ini adalah Alokasi  Aset. Baru dengar? Tidak apa-apa, sederhananya ini adalah level selanjutnya dari tahap ketiga. Mengapa tahap ini diperlukan dan diletakkan di akhir? Sumber teori tahap ini adalah “Jangan taruh semua telur dalam satu keranjang”.
Yang jika diceritakan seperti ini, Jono punya 3 Miliar hasil tabungan dan investasi dia selama ini. Namun dia melupakan tahap keempat, sehingga dia menginvestasikan semua hartanya di saham perusahaan yang dia anggap sangat potensial menghasilkan keuntungan kedepannya. Dan apa yang terjadi? Duar! Saham perusahaan tersebut turun 50% dalam 1 tahun dikarenakan oleh depresi besar yang terjadi seperti tahun 1998 dan 2008. Dan apesnya Jono saat itu sedang butuh-butuhnya uang untuk membiayai sekolah anak keduanya dan pernikahan anak pertamanya, sehingga mau tidak mau dia menarik uangnya yang diinvestasikannya di saham perusahaan tersebut, yang berarti dia kehilangan 1,5 Miliar dalam waktu 1 tahun!!! Jika kalian mendengar bahwa bermain saham itu berbahaya dan hanya judi belaka pastilah kalian mendengar cerita tersebut dari orang-orang yang mengalami kasus seperti Pak Jono ini. Dia akan mencoba menyebarkan segala berita buruk mengenai pasar saham dan orang-orang yang ada didalamnya. Yang ternyata semua yang terjadi itu adalah kesalahan dia karena melewatkan tahap keempat dalam menuju kebebasan finansial.
Oke, cukup analoginya? Sehingga sekarang kalian sudah tahu betapa pentingnya tahap ini? Namun karena bervariasinya kehidupan pembaca saya belum bisa menyimpulkan persentase terbaik yang bisa diambil oleh sebagian besar orang. Adapun kalau ingin sedikit bocoran mengenai alokasi aset saya, maka persentase dari saya adalah 20% obligasi(untuk sekedar biaya hidup minimal maupun antisipasi kejadian-kejadian tak terduga ketika pasar saham sedang turun) dan 80% pada saham. Mengenai darimana angka tersebut datang akan dibahas dilain waktu ya, karena kalau dibahas disini akan panjang lagi ceritanya.
Jadi bagaimana? Sudah siap untuk memulai langkah baru dalam mencapai kebebasan finansial dalam kehidupan kalian?

See you on top guys!