Monday, October 31, 2016

Harta atau Nyawa?


Halo semuanya, bagaimana perjalanan keuangan kalian sejauh ini? Apakah sudah ada perubahan sejak pertama kali membaca blog ini? Saya harap sudah. terutama ke arah yang lebih baik tentunya.
Jadi belakangan ini saya sedang dalam progress membaca buku “Your Money or Your Life”. Sebuah judul yang unik, si pembuat buku sepertinya terinspirasi dari kejadian dimana ada seseorang yang sedang ditodong pisau ataupun pistol dan kemudian ditanyakan” Harta atau nyawa”? Yang saya dan dia yakin jawaban kita semua adalah lebih memilih nyawa daripada harta. Tapi benarkah seperti itu?
Saya tidak tahu apakah yang saya ceritakan ini benar atau tidak, namun setahu saya ketika kita sudah bekerja nanti, kita akan menghabiskan “8 jam” hidup kita untuk bekerja setiap harinya, belum ditambah waktu di perjalanan, waktu mencoba naik pangkat dengan mendekatkan diri kepada bos dan teman sejawat, dan waktu istirahat kita yang terkadang habis untuk lembur dan mengerjakan pekerjaan lain. Sehingga bisa dibilang dalam sehari 12 jam hidup kita habis hanya untuk pekerjaan saja. Mari kita lihat gambaran sekilasnya.
Bangun jam 6 pagi, mandi, berpakaian serapi mungkin, kemeja untuk pekerja kantoran, jas lab putih untuk yang kerja di rumah sakit, dan seragam coklat untuk pegawai negeri. Naik commuter line ataupun kendaraan umum, terkena macet, merasakan tergencet di kereta api, oh iya, sarapan kalau sempat. Kerja dari jam 9 sampai jam 5, berhadapan dengan bos tercinta, berhadapan dengan teman sejawat yang siap menikam dan menjatuhkan kita, berhadapan dengan suplier, pasien, pelanggan, bertindak sibuk, melihat jam, melakukan hal yang bertentangan dengan keinginan pribadi karena itu perintah bos, tidak lupa tersenyum, dan akhirnya jam 5 sore. Kembali lagi menghadapi kemacetan seperti tadi pagi, sampai rumah. Kalau punya istri/suami “mesra-mesraan” sebentar(kalau masih ada tenaga), makan, nonton tv, tidur.
Dan mereka bilang ini yang namanya usaha untuk membuat kehidupan yang lebih baik? Coba perhatikan berapa banyak orang yang terlihat lebih bersemangat ketika mereka bekerja dibandingkan ketika mereka pulang ataupun liburan. Bukankah yang kita lakukan itu secara tidak langsung sama saja dengan menukar nyawa kita dengan harta? Banyak orang tidak begitu menyadarinya karena itu terjadi dengan sangat perlahan.
Sampai pada akhirnya kita memiliki semua kenyamanan dan kemewahan yang kita inginkan, namun mental “jam 9 sampai jam 5” itu akan merasuk kedalam diri kita dan akan sangat susah untuk dilepaskan. Dengan anggapan “Apa guna kita hidup kalau kita tidak bekerja?” Mimpi kita untuk mencari arti hidup dan mencapai sesuatu yang kita inginkan perlahan menghilang dengan kenyataan dunia politik, stres berlebihan akibat bekerja, kebosanan, dan kompetisi yang intens.
Oleh karena itu buku ini hadir mencoba memberikan kita langkah-langkah untuk bisa terbebas dari semua hal di atas. Yang pada intinya adalah mengarahkan kita untuk mengenal uang lebih dekat lagi, lebih intim lagi, bukan sebagai sesuatu yang terpisahkan dari diri kita, melainkan sebagai sesuatu yang melekat dalam diri kita, menjadi bagian dari tubuh kita,yang senantiasa perlu kita jaga, perlu kita rawat, dan perlu sering diperhatikan agar dia tidak kabur(sama seperti pacar kita).
Dengan membaca buku ini kita akan mengetahui betapa pentingnya arti sebuah uang dalam hidup kita. Jika kita digaji 4jt/bulan, yang berarti 25 hari, 200 jam, kita akan mendapatkan bahwa pendapatan kita per jamnya adalah 20rb. Dengan mengetahui hal itu, kita bisa tahu bahwa, contoh kita makan di pizza dengan harga 100rb, maka kita tahu bahwa kita menukar  5 jam hidup kita untuk sekali makan! Contoh lain adalah ketika menonton bioskop, kita membayar 50rb, yang berarti 2,5 jam hidup kita. Dan bisa dilanjutkan dengan pengeluaran apapun dalam hidup kita. Hanya dengan langkah yang ini saja saya yakin kalian tidak akan tega untuk menghambur-hamburkan uang kalian lagi bukan? Uang yang didapat dengan menukarkan waktu dan tenaga kalian, yang jika dihabiskan begitu saja maka tidak akan bisa diganti kembali.
Tidak perlu menjadi pelit, karena jika memang kita mengeluarkan uang untuk sesuatu yang benar-benar bernilai dalam hidup kita itu berarti kita sudah berada di jalur kebahagiaan bukan? Hanya saja perlu diperhatikan lagi mana pengeluaran yang memang benar-benar membuat kita bahagia atau pengeluaran yang hanya membuat si penjual bahagia. Dan juga dengan berkurangnya pengeluaran kita yang kurang penting, kita akan mempunyai tabungan, bisa berinvestasi, dan sampai pada akhirnya kita bisa hidup dari hasil investasi kita itu tanpa perlu mengurangi modal pokoknya.

Jadi, jika tiba saatnya kita diberi pertanyaan harta atau nyawa? Maka kita bisa menjawab, saya memilih keduanya, terima kasih.

No comments:

Post a Comment